Simposium

Gelaran PK Muda Ganesha 2010 menyertakan sebuah acara yakniSymposium “Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif.” Tidak pernah saya ragukan kapasitas dan kapabilitas Panitia. Yang paling menonjol selain content symposium, kekompakan MG79 sebagai “the sole committee” yang dikomandani mas Suparwoko sungguh luar biasa,”excellent”, “collegial”, pokoknya cap dua jempol-lah. Soal yang satu ini boleh dicontoh MG lainnya. Paling kurang MG yang lain bisa mengukur dengan melihat tampilan mereka saat acara Reuni Akbar Sabtu 10 Juli 2010. Lihatlah berapa jumlah mereka ketika naik anggung, bagaimana mereka kompak mengenakan seragam (rela mengenakan kaos seragam, meski banyak MG lain yang kenes berdandan ala pesta), dll.

Tak kalah menarik adalah topik-topik dan makalah yang ditampilkan dalam Symposium: cukup berragam, berbobot, tepat untuk kondisi kekinian (up to date), dan memancing perlunya tindak lanjut (follow up). Usai acara Symposium, perbincangan saya dengan KaPan (Ketua Panitia) menelurkan ide sekiranya tangan2 MG menjangkau, kegiatan semacam training, kursus, pelatihan dan sejenisnya mendesak diperlukan bagi para pengambil kebijakan, praktisi industri (kreatif), dan calon wirausahawan (entrepreneur) di Purworejo. Salutnya lagi Symposium ini telah didahului oleh sebuah acara Pelatihan Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh sebuah Koperasi dari Surabaya (lupa namanya) yang (lagilagi) dikomandani oleh MG yakni mbak Esty Wijayanti (MG79). This is a perfect set-up. Konon sambutan atas pelatihan ini sangat antusias dari para siswa SMAN-1, calon-calon penerus kader MG.

Sebenarnya audience Symposium cukup banyak, namun menurut hemat saya masih kurang. Seharusnya hadir dalam acara semacam ini adalah termasuk mereka yang se-level Kepala Dinas, Kepada Bagian atau para abdi negara dari berbagai Kantor Dinas Pemda Purworejo termasuk Dinas Perindustrian, Pariwisata, Perdagangan, UMKM, bahkan Bapelda (bila ada). Makalah-makalah dari Duta Besar UEA Bpk Wahid Supriyadi dan Wakil Walikota Solo Bpk Joko sangat tepat dan perlu dicerna oleh para pengambil kebijakan. Namun audience yang hadir rata-rata mereka yang lebih pada tataran implementor kebijakan, meskipun tidak kurang juga makalah yang membidik langsung kepada para praktisi.

Yang membuat komplit acara ini adalah juga karena pada saat yang bersamaan Panitia menggelar bazaar industri (kreatif) antara lain batik, budidaya ikan hias, kerajinan, bahkan ada pula gerai dawet ireng (model UKM paling sederhana), dll. Sehingga rangkaian acara Symposium Pelatihan-Bazaar ini sesungguhnya menampilkan sebuah Kaleidoskop yang runtut, lengkap dan penuh makna. Harapan saya Misi dan Visi yang hendak disampaikan Panitia mudah-mudahan tertangkap oleh para hadirin khususnya audience yang bertahan hingga usai acara Symposium sekitar pukul 17.00 hari Minggu 11 Juli 2010.

Lantas benang merah apa yang bisa ditarik dari rangkaian acara ini? Selain sentilan agar para praktisi dan wirausahawan di Purworejo segera bangkit menghidupkan dan mengembangkan usaha dan industrinya, yang juga urgent adalah kemampuan Pemda memacu pendapatan daerah misalnya dengan meningkatkan ekspor barang-barang atau jasa hasil produksi masyarakat Kabupaten Purworejo sendiri dengan mengembangkan dan membangun industri dan usaha kreatif. Yang diperlukan adalah pemasukan “devisa” dari luar Purworejo, tak sekedar berputarnya roda ekonomi dengan energi (“uang”) dari internal Purworejo sendiri. Jika yang terjadi yang terakhir ini dikhawatirkan Purworejo akan kehabisan tenaganya sendiri karena sistem hanya memiliki entropi (menyerap energi/panas) dan bukan enthalpy (mengeluarkan/menghasilkan energi). Bisa dibayangkan jika masyarakat kota “pesiunan” justru hobinya belanja, apalagi jika kemudian dipancing2 dan dibujuk2 belanja barang mewah. We need earning not just spending,
menggunakan uang (modal) untuk memperoleh penghasilan, dan bukan cuma membelanjakan uang untuk hal yang tidak produktif. Jual-lah produk dan jasa keluar daerah (termasuk luar negeri), bukan untuk konsumtif masyarakat Purworejo sendiri. Inilah esensi membangun industri dan ekonomi (kreatif) untuk menuju Purworejo yang Dinamis dan Kreatif.

Demikian. Lebih dan kurangnya mohon maaf.

Salam,
Untung Sumotarto MG’75 (Cah Tumo)